( bagian 1 : http://violinapuspa.blogspot.com/2012/07/drrrrttt.html )
SCTJ 2
Aku keluar dari studio tattoo
dengan segera setelah berpamitan, Rio sudah menungguku. Di depan deretan
pertokoan yang menjadi lokasi studio tattoo Wi Dek. Aku sudah melihatnya, duduk
di warung pinggir jalan sambil mengunyah snack dengan selengean. Sebersit
libido naik menyumbat tenggorokanku membuat nafasku tertahan, aku ingin
mencumbunya..
Pertikaian kedua orangtuaku
saat berumah tangga memberikan banyak waktu untukku mengecap pergaulan apa
saja, seks bebas, miras, rokok, tapi untuk narkoba walaupun aku ada
dilingkungan mereka aku masih menahan diri untuk berkenalan secara langsung.
'Tapi saat ini aku berteman
baik dengan jarum tattoo' aku mengelus tengkukku sambil tersenyum sinis.
"Eh setan.. Yok dah
jalan.." Kataku setelah sampai di belakang Rio yang duduk memunggungiku.
"........"
"Eh bangke ayam
cepetan!"
"........"
"Rio ganteng ayo jalan,
nanti tante grepe-grepe nih" kataku sambil meniup-niup tengkuknya ala
tante girang.
"Eh enak lagi dong"
Rio membalikkan badan menyodorkan lehernya..
"Eh bangke setan! Mupeng
aja lo, cepet sudah!"
"Elah enak tadi itu,
geli-geli gimana gitu"
"......." Aku diam
memilih tidak menjawab. Memandangi Rio dengan tatapan jijik..
"Elahh, dikit aja pelit
amat, sini grepe dulu toketnya.." Rio menggerakkan tangannya kearah
dadaku..
"......."
"Kok lo diem sih?? Ga
jadi deh, triplek juga, ga enak dipegang-pegang.." Rio mengalihkan
pandangannya, merogoh saku mengambil dompet dan menyerahkan beberapa uang
ribuan kepada ibu penjaga warung yang heran mendengar percakapan kami..
Aku dan Rio memang sangat
dekat, tidak memiliki hubungan khusus, tapi kami bisa menyentuh satu sama lain
sesuka hati..
Selesai membayar Rio
membalikkan badannya lagi kearahku yang saat membayar tadi dipunggunginya..
"Elah masi diem aja,
minta di grepe beneran nih??"
"Badan gw sexy bgt yah?
Ampe elo segitunya pengen grepe2?" Aku bertanya dengan wajah datar
"Elah, lo mau check in
bareng gw?"
"Ngajakin mas??"
Dengan nada meremehkan aku mencibir..
"Engga ding, males gw
maen ama lo berasa juga maen ama laki..... datar" Rio berjalan
meninggalkanku..
"Dih, tubuh gw udah
berkali lipat lebih hot abis ditato cuy" Aku menyusul mengimbangi jalan
Rio..
"Tattoo apaan sih emang?
Sini gw liat bentar? Kali napsu gw lumayan nutupin kedataran lo.."
"Dih ogah, males gw
nunjukin ke elo, tar napsu, gw ga mau di grepe cowo loyo" Aku tertawa
mempercepat langkahku..
"........."
"Eh lo naro motor dimana
cuy?" Aku menoleh kesamping mengira Rio masih berjalan disampingku yang
ternyata beberapa meter dibelakangku..
"Gw naro di parkiran
depan"
"Lha lo kenapa jalan
jauh amat dibelakang gw??"
"Males aja gt jalan
disamping lo tar dikira jalan ma tante-tante ganjen 'bertattoo'"
"Anjing"
"Dih marah" Rio
kini berjalan lagi di depanku
Aku tak menyauti lagi
kata-kata terakhirnya, Rio belum tahu tattoo yang kubuat adalah inisial nama
orang tuaku, penyumbang kekecewaan terbesar dalam hidupku. Jika ia tahu ia
pasti tidak akan menjadikan tattoo sebagai bahan candaan, karena Rio selalu
tahu, topik keluarga sensitif di telingaku.
Pikiranku kembali lesu,
kembali teringat masa-masa pertengkaran itu, sedangkan perceraian tidak membuat
satu atau kedua dari mereka lebih memperhatikanku dari sebelumnya.
Mereka seakan bercerai dengan
keadaan belum memiliki anak, sedangkan kakek nenekku yang menjadi tumpangan
hidupku kini bukanlah keluarga kandungku, dan mereka terlalu pakem pada adat
masa lalu yang menganggap wanita haruslah menjadi wanita dapur atau rumah
tangga. Sangat tidak nyaman tinggal bersama mereka.
Silsilah keluarga yang rumit
ini membuatku kalut dan menjaga jarak untuk berhubungan dengan orang diluaran.
Bukan karena sombong, tapi aku tidak lagi percaya pada hubungan special. Lagi
pula mood ku kini susah sekali diatur, dengan mudah berubah-ubah, aku takut
diriku yang seperti ini hanya akan menyakiti orang lain dan ujung-ujungnya
membuatku dimusuhi banyak orang. Karena itu aku berpikir lebih baik tidak
terlalu dekat dengan orang lain.
Pengecualian untuk Rio.
Hingga kini hanya Rio yang betah menjadi temanku, moodbooster ku, Rio sangat
mengerti akan labilnya mood dan pikiranku. Dia menjadi teman dan pelampiasan
kehausan kasih sayangku terhadap keluarga. Meski tampilan luar hubungan kami
begitu aneh tapi kami menikmatinya.
"Eh lo marah
beneran?"
"Engga kok"
"Dih kumat
juteknya"
"Hmm"
Rio membalikkan badannya,
berhadapan denganku
"Uda deket motor nih, lo
tunggu sini aja, gw ambil ndiri tar gw susulin kesini"
"Oke, lo bawain gw
helm?"
"Udah kok tenang aja
sayang" Rio tersenyum, mengecup bibirku dan segera lari sambil tertawa..
Meninggalkanku yang mengumpat sejadinya..
"CUIH!! RESE LO!!"
***
"Bilangnya aja lo tadi
mau nongkrong di centro" Rutukku pada Rio
"Elah, bosen gw, enakan
juga diem di kosan" Rio membuka kunci pintu kosnya.
"Dih bilang aja lo ga
ada duit"
"Emang lo ada duit?"
Rio bertanya tanpa menoleh, masuk ke dalam kamar kosnya, melepaskan sepatu dan
segala atribut yang dipakainya tadi, dan hanya menyisakan boxer unyu-unyunya.
"Engga sih" aku
mengikutinya masuk dan langsung bertelungkup diatas kasurnya.
"Lha uda tau ga ada
duit, bokek lo abis tattoo an??"
"Hmmm"
Rio menarik tas selempang
yang masih aku kenakan dan menggantungnya dibelakang pintu kamar kosan.
Salah satu yang membuat aku
nyaman ketika bersama Rio karena dia memanjakanku walaupun sikapnya terkesan selengean.
"Ehh, bangun dulu sini,
gw liat tattoo lo"
"Hmmmm"
"Woi bangun" Rio
menarik, memaksaku bangun.
Kini aku terduduk didepannya.
"Lo tattooan di bagian
mana?"
"Tengkuk"
"Sakit?"
"Lumayan"
"Nangis ga?"
"Ya enggalah"
"Mana? Coba liat?"
Rio bergerak pindah dari hadapanku, kini ia duduk tepat diatas kasur
dibelakangku.
"Angkat tangan lo"
Aku menurut, Rio menarik dan
menanggalkan bajuku. Tak ada kata-kata setelahnya. Dia mengecup pelan tepat di
bagian tattoo yang baru saja aku buat. Lalu memelukku dari belakang. Meletakkan
dagunya di bahu kiriku, aku tertunduk.
"Lo jadi buat ini?"
"Ia, bagaimanapun gw
tetep sayang mereka"
"Bagus kok"
"Thanks, sakit, nusuk
ampe ke hati"
"Iyah gw ngerti"
Rio merebahkan badanku perlahan sampai aku terbaring dengan posisi dipeluk dari
belakang olehnya. Ia menciumi tattoo, tengkuk dan leherku.. Bukan dengan nafsu,
tapi dengan kasih. Mengelus lengan hingga kepalaku, membuatku tenang. Sangat
tenang.
"I love you but it's not
so easy
To make you here with me
I wanna touch and hold you
forever
But you're still in my dream
And I can't stand to wait
till night is coming
To my lay
And I still have a time to
break a silent
When you love someone
Just be brave to say
That you want him to be with
you
When you hold your love
Don't ever let it go
Or you will lose your chance
To make your dreams come
true"
Rio bersenandung sendu,
sepotong bait dari sebuah lagu..
Sebuah lagu dari Endah N' Rhesa, WHEN YOU LOVE SOMEONE.
***
*to be continue*