Dimata semua orang kami terlihat sibuk berbagi.
Pemberontak kecil-kecilan yang memperjuangkan kelayakan orang terpencil.
Media mulai mencecar, mencari kebaikan kami untuk dipublikasikan
besar-besaran. Tanpa mempedulikan mental kami yang belum siap berada
diatas awan. Angin terlalu kencang, belum sampai puncak langkah kami
sudah terseok-seok. Bukan dari luar tapi dari dalam.
"Semua yang
berpondasi lemah pasti akan runtuh".
Dan itu benar. Mental kami bobrok.
Terbawa pencitraan media. Pujian demi pujian lewat di depan mata dan
masuk ke telinga. Membuat kami jadi besar kepala. Berbagi yang dulunya
dari hati kini sekedar mempertahankan eksistensi. Visi dan misi mulai
berubah. Sedikit demi sedikit kami kehilangan jati diri. Orang-orang
kini bahkan tidak lagi peduli hati kami, dipandangan mereka kami adalah
pejuang. Padahal dikenyataannya kami hanya orang biasa yang sedang
tersanjung oleh media.
Kami butuh hati kami kembali utuh, jangan puji kami berlebihan.
Memunculkan ego dan kesombongan. Membuat lupa daratan dan tujuan awal.
Sedangkan kami bukan siapa-siapa, umur yang belum seberapa. Mental yang
labil ditumpangi sana-sini hanya untuk memperbesar nama. Jika benar
ingin berbagi, siapa berani jauhkan media?
Kami belum siap untuk menjadi
terlalu besar dalam sekejap. Raja hutan pun perlu waktu untuk belajar
berjalan. Kami hanya manusia, sewaktu bisa lupa diri. Jangan terlalu
percaya. Tetap awasi gerak-gerik kami. Karena kami hanya 'anak' dan
kalian berperanlah sebagai orang tua yang mendidik dan mengawasi kami.
Memarahi jika kami salah, mengusap punggung kami ketika kami lelah.
Jangan menggunakan kami berlebihan atau memanjakan kami dengan pujian. Beri kami motivasi maju bukan dengan
banyak memuji. Biarkan kami dibawah tanah, burung pun akan lelah bila
terus terbang diatas awan. Angin terlalu kencang diatas sana, udara
terlalu dingin. Kami belum siap. Biarkan kami hangat menyentuh tanah dan
merakyat.
No comments:
Post a Comment