Saturday, January 26, 2013

Sebuah Cerita Tanpa Judul III



Aku meraba-raba meja di samping kasurku, mencari segelas air mineral yang kemarin malam aku letakkan disitu.

Badanku terasa buruk, tenggorokan ku sakit, membuka mata dunia seakan berputar..

Ujian baru selesai, waktu luang sebelum perkuliahan dimulai aku gunakan untuk bekerja. Hampir seminggu aku tidak bertemu Rio.

Dan saat ini aku benar-benar merindukannya.

Badanku susah aku gerakan, jam didinding kamarku menunjukkan angka sepuluh, aku terlambat bangun, beberapa pekerjaan rumah tangga yang seharusnya kukerjakan pagi-pagi terlewatkan begitu saja.

Aku berusaha bangun dari tempat tidur, hidungku terasa sangat gatal, tenggorokanku panas dan perih. Kemarin malam aku kehujanan sepulang kerja, jarak dari rumah ke tempat kerja yang lumayan jauh mebuatku harus berhujan-hujanan lumayan lama, menahan dinginnya air hujan dan angin yang kencang selama perjalanan.. Dan kemarin malam bukan yang pertama kali hujan menerpa badanku.. Ini sudah kesekian kalinya dimusim hujan kali ini..

Aku berusaha berdiri dan keluar dari kamar, sepertinya rumah sepi, hanya tv di ruang tamu yang menyala, tapi tak ada seorang pun yang menontonnya. Sepertinya nenekku sudah berangkat kerja. Aku bergegas ke dapur, memastikan nasi sudah ditanak, tapi ternyata.. belum dan hanya tersisa sedikit nasi, yang kupastikan itu hanya cukup untuk memberi makan kedua anjing yang dipelihara keluarga ini, walaupun aku kelaparan dan sakit tapi mereka harus makan lebih dulu,  cucian piring menumpuk, dan badanku semakin lemas karena lapar..

Aku membuka kamar nenekku, kakakku masih tertidur disana.. Kakakku baru saja kembali ke pulau ini untuk berlibur, dia tinggal di suatu tempat yang bukan Indonesia.. Aku enggan membangunkannya, ada jarak yang kasat mata diantara kami.. Pekerjaan rumah tangga membuat badanku terasa semakin lemas, walau dalam keadaan sakit begini aku tidak mungkin meminta tolong pada kakakku untuk mengerjakan semuanya, aku merasa tidak punya hak untuk melakukan itu, karena dia adalah kakak sepupu dan cucu kandung kakek-nenek yg sekarang rumahnya aku tumpangi ini..

Dengan kondisi badan buruk aku berusaha mengerjakan satu-persatu pekerjaan rumah itu.. Sampai tuntas.. Jantungku terasa berdetak lebih cepat dari biasanya, nafasku menderu..

Keringat dingin membasahi tubuh setelah semua pekerjaan berhasil aku selesaikan, aku membaringkan tubuhku kembali ke kasur, merasa sedikit tenang karena pekerjaan rumah sudah selesai semua..

Aku tertidur.. Dan terbangun karena anjingku menggonggong, sepertinya nenekku sudah datang dari kerja, aku melirik jam dinding, pukul tiga sore..

Aku berusaha bangkit dari tempat tidur, meraba dinding agar bisa berjalan, nenekku datang membawa beberapa kantong plastik berisi makanan ringan..

Dengan sedikit limbung aku membantu membawa barang-barangnya, dia tahu aku sedang sakit, tapi seperti pura-pura tidak tahu. Ia bertanya  apakah anjing-anjing nya sudah diberi makan atau belum, aku menjawab, sudah.. Bahkan aku sudah makan atau belum pun dia tidak peduli.. Dia juga bertanya dimana kakakku, tapi aku katakan tidak tahu, terakhir aku lihat ia masih tidur, mungkin ia pergi saat aku tertidur setelah membereskan pekerjaan rumah.. Aku tidak peduli ia pergi kemana sekarang..

Setelah selesai merapikan barang-barang yang tadi dibawa oleh nenekku aku kembali masuk ke kamar..

Duduk ditepian tempat tidur dan badanku bergetar..

Tik.tik...tik.tik..tik.tik..

'Gw kangen'

Dua kata itu aku kirimkan pada Rio via SMS..

Dan beberapa saat Hp ku berdering, sebuah panggilan, dari Rio..

"Lo kenapa?" tanya Rio

"Hhh..hhh.." Aku mengatur nafasku, ingin sekali rasanya menangis

"Lo dimana?"

"Hhh.. Gw dirumah yo, ga enak badan"

"Kenapa? Demam?"

"Iya, gw kangen elo..hhh..hhh" aku tak bisa menahan, dan mulai terisak, menangis..

Tidak terdengar suara diseberang sana, hanya terdengar isakanku.. Sepertinya Rio memberi waktu untuk kecengenganku..

Tidak lama, Rio menghela nafas..

"Dirumah ada siapa? Lo uda makan?" Dia bertanya dengan suara tenang.. Sangat tenang..

"Ada nenek gw doang, belum, gw pengen dipeluk yo"

"Gw jemput sekarang"

"Ga bisa yo.. Gw musti bilang apa kalo dia nanya gw mau kmn? Lo tw kan.."

Rio tidak menjawab, dia terdengar mengatur nafasnya atau mungkin hanya mendengarkan aku yang semakin sesenggukan..

"Don't turn away, dry your eyes, dry your eyes
Don't be afraid, but keep it all inside, all inside
When you fall apart, dry your eyes, dry your eyes
Life is always hard for the Belle of the Boulevard"



Ia menyanyikan sebuah lagu.. Dashboard Confessional - Girl of the Boulevard

Perlahan tangisanku berkurang, aku memejamkan mata sampai akhirnya tidak merasakan apapun..

Aku tertidur..lelap, nyaman dan bermimpi tertidur diatas awan..

***