Sunday, September 2, 2012

Darah Lebih Kental dari pada Air

Malam ini, segenap keluarga 'orang lama' pulang kerumah.. Secara mendadak tanpa persiapan aku sambut mereka, berusaha hangat.. Keadaan yang begitu berubah membuat mereka mengeluh.. Keluhan yang tak indah ditelingaku.. Aku tinggal beberapa saat untuk menyambut mereka.. Namun setelahnya aku lebih memilih pulang kerumah ibuku.. Pikiranku keruh.. Mereka baik, tapi tak dapat membuatku nyaman dan dapat tinggal bersisian dengan mereka.. Aku menyayangi mereka tapi bukan untuk memanjakan.. Aku tau mereka lelah dan keluargaku pun lelah.. Lelah dengan semua keadaan yang memojokkan.. Betapa keluarga yang tak utuh bisa memberikan dampak yang besar bagi mental seseorang..
Aku pulang kerumah ibuku dengan tawa yang dipaksakan, mencoba membuat canda dan dilahap dengan cermat, tak beberapa saat aku mulai mengeluh pada ibuku.. Yang berujung sebuah perdiskusian dan pengakuan.. Mencoba untuk saling bertukar pikiran.. Namun yang kurasakan adalah ego kami masing-masing.. Betapa susahnya untuk mengakui kesalahan dan menahan untuk tidak membela diri.. Semua yang kumulai dengan keluhanku dan berujung tangisanku.. Betapa lemah aku menghadapi ini..
Ketika celaan dari 'orang lama' menghujani ayahku.. Ya ayahku memang tak sekuat ayah orang lain.. Itu dikarenakan rapuhnya masa kecilnya.. Betapa tak ada orang yang membelanya, betapa tak ada orang yang dapat menjadi sandaran hidupnya sedari kecil.. Ia pendam semuanya berusaha tabah dan tidak melawan.. Satu kesalahannya hanyalah mudah menyerah.. Dan tak berbuat apa-apa.. Tapi kalaupun aku jadi dia mungkin aku juga bingung, terdesak antara tanggung jawab dan hujatan.. Tersiksa karena "darah lebih kental dari pada air" sama seperti yang aku alami saat ini.. Mengapa begitu tak adil bagi air? Ketika air lebih banyak berada di tubuh manusia dan air selalu dipandang sebelah mata.. Tidakkah tau bahwa tubuh manusia lebih banyak mengandung air dari pada darah?? Tidakkah merasa air begitu banyak memberi kehidupan?? Darah tidak menghidupi semua makhluk! Tapi air?? Apa yang tak dihidupi oleh air?? Tapi mengapa air diabaikan? Bukan berarti karena air terus mengalir air tidak akan habis.. Sama sepertiku, ayahku dan keluargaku yang mengikhlaskan menghidupimu dengan kasih sayang padahal darahmu tak menunjukkan kepedulian sebesar kami peduli padamu..
Ibuku merelakan aku mengabdi padamu, padahal saat ini seharusnya menjadi saat untuk ibuku menuai apa yang ditanamkannya padaku sejak kecil..
Aku merelakan kebebasanku, pergaulanku dan masa mudaku untuk merawatmu.. Walaupun masih banyak kesalahan dan kemalasan yang aku perbuat, tak sadarkah kau? Kebebasan adalah segalanya untukku, tapi aku relakan demi hidupmu dan kau bilang sebenarnya kau tak butuh aku.. Pada kenyataan beberapa saat aku pergi kau sudah panik dan menyuruhku segera pulang untuk melakukan ini itu.. Aku sabarkan hatiku.. Menurunkan egoku, meredam amarahku, mengorbankan beberapa pekerjaanku.. Bukan karena materi yang kau miliki.. Aku bersamamu karena merasa kau adalah salah satu tanggung jawab dalam hidupku.. Dan keluargaku merelakan itu.. Tak dapatkah kau dan keluargamu memperlakukan aku dan keluargaku lebih baik?? Bukan dari sekedar membayar materi pada kami.. Atau mungkin memang pantas kau perlakukan kami seperti ini.. Setelah sekian hutang budi yang kami buat padamu.. Bila 'orang lama' kandungku masih hidup.. Akankah keluargamu memperlakukan keluargaku seperti ini? Mungkin memang "darah lebih kental dari pada air"..

Saturday, September 1, 2012

Aku Hanyalah Aku

Aku hanyalah seorang aku..
Aku dapat melakukan apapun ketika membenci seseorang, bahkan kehilangan akal sehingga melukai diriku sendiri..
Berbicara tanpa pikir, mencurahkan apa saja yang ada di hati dan otakku..
Berlaku layaknya aku yang paling benar..
Berkali aku ingatkan diriku berkali pula aku melakukan kesalahan yang sama..
Aku dapat mengomentari apapun tentang perilaku seseorang tanpa berkaca terlebih dahulu..
Tanpa melihat bahwa sebenarnya aku melakukan hal yang sama..
Aku hanyalah aku, manusia normal yang selalu iri akan kemolekan manusia lain..
Aku membencinya karena dia memiliki segalanya yang melukai kepercayaan diriku..
Aku hanyalah aku, manusia yang suka membenarkan apa yang ia perbuat..
Tidak suka jika disalahkan dan selalu mengajukan pembenaran ketika di kritik..
Aku hanyalah aku, manusia yang berkata sabar di muka umum tapi akan menghina dan menyindir dibelakang..
Aku hanyalah aku, manusia yang selalu mencari nama baik dengan cara yang tidak baik..
Aku hanyalah aku, manusia yang dapat membuat sebuah tulisan yang tak bermakna untuk menghabiskan waktuku..
Aku hanyalah seseorang yang suka berada diduniaku, dunia yang membebaskanku berkeluh kesah..
Aku hanya manusia yang suka berkeluh kesah..
Bahkan sekarang aku menjadi manusia yang kehabisan kata-kata untuk berkeluh kesah..