Sunday, September 15, 2013

Star Syndrome

Dimata semua orang kami terlihat sibuk berbagi. Pemberontak kecil-kecilan yang memperjuangkan kelayakan orang terpencil. Media mulai mencecar, mencari kebaikan kami untuk dipublikasikan besar-besaran. Tanpa mempedulikan mental kami yang belum siap berada diatas awan. Angin terlalu kencang, belum sampai puncak langkah kami sudah terseok-seok. Bukan dari luar tapi dari dalam. 

 "Semua yang berpondasi lemah pasti akan runtuh". 

Dan itu benar. Mental kami bobrok. Terbawa pencitraan media. Pujian demi pujian lewat di depan mata dan masuk ke telinga. Membuat kami jadi besar kepala. Berbagi yang dulunya dari hati kini sekedar mempertahankan eksistensi. Visi dan misi mulai berubah. Sedikit demi sedikit kami kehilangan jati diri. Orang-orang kini bahkan tidak lagi peduli hati kami, dipandangan mereka kami adalah pejuang. Padahal dikenyataannya kami hanya orang biasa yang sedang tersanjung oleh media. 

Kami butuh hati kami kembali utuh, jangan puji kami berlebihan. Memunculkan ego dan kesombongan. Membuat lupa daratan dan tujuan awal. Sedangkan kami bukan siapa-siapa, umur yang belum seberapa. Mental yang labil ditumpangi sana-sini hanya untuk memperbesar nama. Jika benar ingin berbagi, siapa berani jauhkan media? 

Kami belum siap untuk menjadi terlalu besar dalam sekejap. Raja hutan pun perlu waktu untuk belajar berjalan. Kami hanya manusia, sewaktu bisa lupa diri. Jangan terlalu percaya. Tetap awasi gerak-gerik kami. Karena kami hanya 'anak' dan kalian berperanlah sebagai orang tua yang mendidik dan mengawasi kami. Memarahi jika kami salah, mengusap punggung kami ketika kami lelah. Jangan menggunakan kami berlebihan atau memanjakan kami dengan pujian. Beri kami motivasi maju bukan dengan banyak memuji. Biarkan kami dibawah tanah, burung pun akan lelah bila terus terbang diatas awan. Angin terlalu kencang diatas sana, udara terlalu dingin. Kami belum siap. Biarkan kami hangat menyentuh tanah dan merakyat.

No comments:

Post a Comment